Model-Model Pembelajaran - Physics Al Khawarizmi

Breaking

Home Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Rabu, 13 Juni 2018

Model-Model Pembelajaran



A.     COOPERATIVE LEARNING (PEMBELAJARAN KOOPERATIF)
1.     Pengertian Cooperative Learning
Model Pembelajaran cooperative learning (MPCL) beranjak dari dasar pemikiran "getting better together", yang menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk memperoleh, dan mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan-keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat. Melalui MPCL, siswa bukan hanya belajar dan menerima apa yang disajikan oleh guru dalam PBM, melainkan bisa juga belajar dari siswa lainnya, dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain. Proses pembelajaran dengan MPCL ini mampu merangsang dan menggugah potensi siswa secara optimal dalam suasana belajar.

2.     Unsur-Unsur dan Ciri-ciri Cooperative Learning
Menurut Lundgren (Sukarmin, 2002:2), Unsur-unsur dasar yang perlu ditanamkan pada diri siswa agar cooperative learning lebih efektif adalah sebagai berikut :
a.       Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”.
b.      Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri.
c.       Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama.
d.      Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya diantara anggota kelompok.
e.       Para siswa akan diberikan suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
f.       Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.
g.      Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sementara itu, menurut Nur (2001: 3) pembelajaran yang menggunakan model cooperative learning pada umumnya memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1.      Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
2.      Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
3.      Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, bangsa, suku, dan jenis kelamin yang berbeda-beda.
4.      Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.

3.     Model Cooperative Learning
Beberapa model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
a.      Student teams achievement division (STAD)
Langkah-langkah:
1.      Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang.
2.      Guru menyajikan materi pelajaran.
3.      Guru memberi tugas untuk dikerjakan, anggota kelompok yang mengetahui jawabannya memberikan penjelasan kepada anggota kelompok.
4.      Guru memberikan pertanyaan/kuis dan siswa menjawab pertanyaan/kuis dengan tidak saling membantu.
5.      Pembahasan kuis
6.      Kesimpulan

b.     Jigsaw (Model Tim Ahli)
Langkah-langkah:
1.      Siswa dikelompokkan dengan anggota 4 orang.
2.      Tiap orang dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda.
3.      Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok baru (kelompok ahli)
4.      Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai.
5.      Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
6.      Pembahasan
7.      Penutup

c.      Group Investivigation Go a Round
Langkah-langkah:
1.      Membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5 siswa.
2.      Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis.
3.      Mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan kelompoknya secara bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang disepakati.

d.     Think Pair and Share
Langkah-langkah:
1.      Guru menyampaikan inti materi.
2.      Siswa berdiskusi dengan teman sebelahnya tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru.
3.      Guru memimpin pleno dan tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.
4.      Atas dasar hasil diskusi, guru mengarahkan pembicaraan pada materi/permasalahan yang belum diungkap siswa.
5.      Kesimpulan.




e.      Make a Match (Membuat Pasangan).
Langkah-langkah:
1.      Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topik yang cocok untuk sesi review (satu sisi kartu berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban).
2.      Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.
3.      Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal/kartu jawaban).
4.      Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
5.      Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
6.      Kesimpulan.

4.     Motivasi
Salah satu aspek psikologis yang ada pada diri seseorang adalah motivasi. Menurut Egsenck (Slameto, 2003:170) motivasi merupakan suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsisten, serta arah umum dari tingkah laku manusia. Seseorang termotivasi atau terdorong untuk melakukan sesuatu karena adanya tujuan atau kebutuhan yang hendak dicapai. Tujuan atau kebutuhan tersebut akan mengarahkan perilaku seseorang.
Motivasi berdasarkan sifatnya menurut Sardiman (1987) ada dua, yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

a.      Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu ada perangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian, tingkah laku yang dilakukan seseorang disebabkan oleh kemauan sendiri bukan dorongan dari luar.
b.     Motivasi Ekstrinsik.
Motivasi ekstrinsik merupakan motif yang aktif dan berfungsi karena adanya dorongan atau rangsangan dari luar. Tujuan yang diinginkan dari tingkah laku yang digerakkan oleh motivasi ekstrinsik terletak diluar tingkah laku tersebut.
Kenneth H. Hover (Sardiman, 1987) mengungkapkan bahwa motivasi yang berasal dari dalam diri individu (Intrinsik) lebih efektif dari pada motivasi yang dipaksa dari luar (ekstrinsik).

5.     Kelebihan dan Kelemahan Cooperative Learning
a.      Kelebihan Cooperative Learning, yaitu:
1.      Meningkatkan harga diri tiap individu.
2.      Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar.
3.      Konflik antar pribadi berkurang.
4.      Sikap apatis berkurang.
5.      Pemahaman yang lebih mendalam.
6.      Motivasi lebih besar.
7.      Hasil belajar lebih tinggi.
8.      Retensi atau penyimpanan lebih lama.
9.      Meningkatkan kebaikan budi,kepekaan dan toleransi.
10.  Cooperative learning dapat mencegah keagresifan dalam sistem kompetisi dan keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif.

b.     Kelemahan Cooperative Learning, yaitu:
1.      Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas dan siswa tidak belajar jika mereka di tempatkan dalam grup.
2.      Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai.
3.      Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok.
4.      Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut.

B.     PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION)
1.     Landasan Teoritik
Model pengajaran langsung bertumpu pada prinsip-prinsip psikologi prilaku dan teori belajar social, khususnya tentang pemodelan (modeling).
Menurut Bandura, belajar yang dialami manusia sebagian besar diperoleh dari suatu pemodelan, yaitu meniru prilaku dan pengalaman (keberhasilan dan kegagalan) orang lain.

2.     Tujuan Hasil Belajar Siswa
Model pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan procedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Menghafal hukum atau rumus tertentu dalam sains merupakan contoh pengetahuan deklaratif sederhana. Sedangkan bagimana cara mengoperasikan alat-alat ukur dalam sains merupakan contoh pengetahuan procedural.
Dalam banyak hal, penguasaan terhadap pengetahuan dasar procedural dan deklaratif terdiri atas penguasaan kegiatan khusus dan kegiatan berurutan. Misalnya, agar siswa terampil menggunakan neraca Ohauss untuk mengukur massa, memerlukan pengetahuan deklaratif tentang nama-nama bagian neraca Ohauss dan juga pengatahuan procedural seperti bagaimana mengenolkan neraca, menggeser anak timbang dan membaca skala.

3.     Tingkah Laku Mengajar (Sintaks)
Pada model pembelajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting. Guru mengawali pelajaran dengan pekerjaan tentang tujuan dan latar belakang pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru.
Fase persiapan dan motivasi ini kemudian diikuti oleh presentasi materi ajar yang diajarkan atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik tertentu, guru perlu selalu mencoba memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari kedalam situasi kehidupan nyata. Rangkuman kelima fase tersebut dapat dilihat pada table 1.

TABEL 1. SINTAKS MODEL PENGAJARAN LANGSUNG
FASE-FASE
PRILAKU GURU
FASE 1
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
Guru menyampaikan tujuan, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran ini, mempersiapkan siswa untuk belajar
FASE 2
Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan
Guru mendemonstrasikan keterampilan yang benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap
FASE 3
Membimbing pelatihan
Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal
FASE 4
Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik
FASE 5
Memberikan kesempatan untuk pelatihan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.

4.     Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan
Langkah-langkah atau tindakan tertentu merupakan ciri khusus pengajaran langsung. Ciri utama unik yang terlihat dalam melakukan suatu pengajaran langsung adalah sebagai berikut:
1.     Tugas-tugas perencanaan
Beberapa hal yang dilakukan sekaitan dengan tugas-tugas perencanaan, adalah: (1)  merumuskan tujuan, (2) Memilih isi, (3) Melakukan analisis tugas, dan (4) Merencanakan waktu dan ruang.
2.      Langkah-Langkah Pembelajaran Model Pengajaran langsung
Langkah-langkah pembelajaran model pengajaran langsung pada dasarnya mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut:
1.      Menyiapkan dan memotivasi siswa.
  1. Menyampaikan tujuan.
  2.  Presentasi dan Demonstrasi
  3. Mencapai kejelasan.
  4. Melakukan demonstrasi.
  5. Mencapai pemahaman dan penguasaan.
  6. Berlatih.
  7. Memberikan latihan Terbimbing.

C.      MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION ( PBI )

1.     Landasan Teori PBI
Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut adalah: (1) rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya; (2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai); (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai (Kasdi dan Nur, 2000:9).
Selain memiliki ciri-ciri khusus, menurut Nieveen (1999) suatu model pembelajaran dikatakan baik jika memiliki kriteria sebagai berikut: Pertama, sahih (valid). Aspek validitas dikaitkan dengan dua hal, yaitu (1) apakah model didasarkan pada rasional teoretik yang kuat; dan (2) apakah terdapat konsistensi internal. Kedua, praktis. Aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika: (1) para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan; dan (2) kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat dikembangkan. Ketiga, efektif. Parameter kefektivan meliputi: (1) ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya menyatakan bahwa model tersebut efektif; dan (2) secara operasional model tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan.

2.     Pengertian Model Problem Based Instruction ( PBI )
Problem-based instruction adalah model pembelajaran yang berlandaskan paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan pemecahan masalah otentik (Arends et al., 2001). Dalam pemrolehan informasi dan pengembangan pemahaman tentang topik-topik, siswa belajar bagaimana mengkonstruksi kerangka masalah, mengorganisasikan dan menginvestigasi masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun fakta, mengkonstruksi argumentasi mengenai pemecahan masalah, bekerja secara individual atau kolaborasi dalam pemecahan masalah.
Peranan guru sebagai pembimbing dan negosiator. Peran-peran tersebut dapat ditampilkan secara lisan selama proses pendefinisian dan pengklarifikasian masalah.
Sarana pendukung model pembelajaran ini adalah: lembaran kerja siswa, bahan ajar, panduan bahan ajar untuk siswa dan untuk guru, artikel, jurnal, kliping, peralatan demonstrasi atau eksperimen yang sesuai, model analogi, meja dan kursi yang mudah dimobilisasi atau ruangan kelas yang sudah ditata untuk itu.

3.     Kelebihan dan Kelemahan Model Problem Based Instruction ( PBI )
a.      Kelebihan:
1.      Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.
2.      Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
3.      Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
b.     Kelemahan:
1.      Untuk siswa yang malas, tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
2.      Membutuhkan banyak waktu dan dana.
3.      Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini.

4.     Langkah-Langkah Dalam Model Problem Based Introduction (PBI)
Adapun langkah-langkah dalam Model Problem Based Introduction (PBI) adalah sebagai berikut :
a.       Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistic yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pmecahan masalah yang dipilih.
b.      Guru membantu siswa mendefenisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll)
c.       Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
d.      Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai dengan laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
e.       Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap pendidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

5.     Materi yang Cocok dan Alasan Memilih Materi dengan Model Problem Based Instruction ( PBI )
-          Perubahan sifat benda
Alasannya :
Dengan materi ini anak dapat memecahkan masalah mengapa benda-benda dapat berubah sifatnya, atau anak dapat meneliti perubahan benda-benda dari segi bentuk, warna atau bau.  sifat-sifat yang terdapat pada sebuah benda pada saat terjadi perubahan. Dengan materi ini anak melakukan percobaan langsung agar dapat mengidentifikasi masalah yang terjadi dan memberikan jawabannya dengan menyusun laporan. Disini anak dituntuk bekerjasama agar percobaan yang dilakukan berhasil.
-          Perubahan Pada Benda
Alasannya :
Dalam materi ini membahas tentang : pelapukan, perkaratan, dan pembusukan yang dimana masing-masing siswa harus melakukan penelitian atau percobaan tentang materi yang dibahas. Sumber data dapat diperoleh melalui internet, maupun buku referensi yang mendukung,. Masing-masing siswa dapat melakukan hipotesis tentang materi ini seperti memaparkan penyebab terjadi, akibat dan sebab dan melakukan pemecahan masalah pada masalah tersebut. Setelah semua data terkumpul maka dapat dibuat laporan untuk dievaluasi guru tentang penyelidikanmereka apakah sudah akurat atau belum serta melakukan penyempurnaan-penyempurnaan lainnya.

6.     Karakteristik Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Karakteristik pembelajaran berdasarkan masalah adalah:
Pengajuan pertanyaan atau masalah. PBI mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang keduanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa.
Berfokus pada keterkaitan antardisiplin. Meskipun PBI berpusat pada mata pelajaran tertentu, masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa dapat meninjau masalah itudari berbagai mata pelajaran.
Penyelidikan autentik. PBI mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata
Menghasilkan produk dan memamerkannya. PBI menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang merfeka temukan.
Kolaborasi. PBI dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lain, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil.

7.     Manfaat Pembelajaran Berdasarkan Masalah
PBI tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, melainkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pembelajaran yang mandiri (Ibrahim, dkk., 2000:7).
Menurut Sudjana manfaat khusus yang diperoleh dari metode Dewey adalah metode pemecahan masalah. Tugas guru adalah membantu siswa merumuskan tugas-tugas dan bukan menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari buku teks tetapi dari masalah yang ada di sekitarnya (dalam Trianto, 2007:71).

8.     Sintaks Pembelajaran Berdasarkan Masalah
PBI terdiri atas lima langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kelima langkah tersebut dijelaskan sebagai berikut.
TAHAP
TINGKAH LAKU GURU
Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model, serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

Menurut Ibrahim (dalam Trianto, 2007:72) di dalam kelas PBI, peran guru berbeda dengan kelas tradisional. Peran guru dalam kelas PBI antara lain: (1) mengajukan masalah atau mengorientasikan siswa kepada masalah autentik, yaitu masalah kehidupan nyata sehari-hari; (2) memfasilitasi/membimbing penyelidikan, misalnya melakukan pengamatan atau melakukan eksperimen; (3) memfasilitasi dialog siswa; dan (4) mendukung belajar siswa.

9.     Pelaksanaan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
1.     Tugas-Tugas Perencanaan
Karena hakikat interaktifnya, model PBI membutuhkan banyak perencanaan, meliputi:
Penetapan tujuan
Model PBI dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan seperti keterampilan menyelidiki, memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa menjadi pembelajar mandiri.
Merancang situasi masalah
Beberapa guru dalam pengajaran berdasarkan masalah lebih suka memberi keleluasaan kepada siswa untuk memilih masalah yang akan diselidiki, karena cara ini dapat meningkatkan motivasi siswa.
Organisasi sumber daya dan rencana logistik
Dalam pengajaran berdasarkan masalah siswa dimungkinkan bekerja dengan beragam material dan peralatan serta dalam pelaksanaan, atau di laboratorium, bahkan dapat pula dilakukan di luar sekolah.


2.     Tugas Interaktif
1.       Orientasi Siswa pada Masalah
Siswa perlu memahami bahwa tujuan pengajaran berdasarkan masalah adalah tidak untuk memperoleh informasi baru dalam jumlah besar, tetapi untuk melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah penting dan untuk menjadi pembelajar yang mandiri.
2.       Mengorganisasikan Siswa untuk Belajar
Pada model pembelajaran berdasarkan masalah dibutuhkan pengembangan keterampilan kerja sama di antara siswa dan saling membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama.
3.       Membantu Penyelidikan Mandiri Ataupun Kelompok
Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber dengan jalan diberikan berbagai pertanyaan yang membuat mereka berpikir tentang suatu masalah dan jenis informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut.
4.       Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah
Tugas guru pada tahap akhir PBI adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka dan keterampilan penyelidikan yang mereka gunakan.

10.Lingkungan Belajar dan Tugas-tugas Manajemen
Hal penting yang harus diketahui adalah bahwa guru perlu memiliki seperangkat aturan yang jelas agar pembelajaran dapat berlangsung tertib tanpa gangguan. Di samping itu, juga agar dapat menangani siswa yang menyimpang secara cepat dan tepat, serta panduan bagaimana mengelola kerja kelompok. Salah satu masalah yang cukup rumit adalah bagaimana guru harus menangani siswa (individu maupun kelompok) yang menyelesaikan tugas lebih awal maupun yang terlambat.




11.Evaluasi
Dalam PBI perhatian pembelajaran tidak pada perolehan pengetahuan deklaratif, oleh karena itu tugas penilaian tidak cukup bila hanya dengan tes tertulis atau tes kertas dan pensil (paper and pencil test). Teknik penilaian yang sesuai dengan model ini adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan siswa yang merupakan hasil penyelidikan mereka.
Tugas evaluasi yang sesuai untuk model ini terutama terdiri atas menemukan prosedur penilaian alternatif yang akan digunakan untuk mengukur pekerjaan siswa, misalnya dengan penilaian kinerja dan peragaan hasil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages