A.
COOPERATIVE LEARNING (PEMBELAJARAN KOOPERATIF)
1.
Pengertian Cooperative Learning
Model Pembelajaran cooperative learning (MPCL) beranjak dari dasar
pemikiran "getting better together", yang menekankan pada pemberian
kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk
memperoleh, dan mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, serta
keterampilan-keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya di
masyarakat. Melalui MPCL, siswa bukan hanya belajar dan menerima apa yang
disajikan oleh guru dalam PBM, melainkan bisa juga belajar dari siswa lainnya,
dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain. Proses
pembelajaran dengan MPCL ini mampu merangsang dan menggugah potensi siswa
secara optimal dalam suasana belajar.
2.
Unsur-Unsur dan Ciri-ciri Cooperative Learning
Menurut Lundgren (Sukarmin, 2002:2), Unsur-unsur dasar yang perlu
ditanamkan pada diri siswa agar cooperative learning lebih efektif adalah
sebagai berikut :
a.
Para siswa harus memiliki
persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”.
b.
Para siswa memiliki
tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung
jawab terhadap diri sendiri.
c.
Para siswa harus
berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama.
d.
Para siswa harus membagi
tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya diantara anggota kelompok.
e.
Para siswa akan diberikan
suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi
seluruh anggota kelompok.
f.
Para siswa berbagi
kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama
belajar.
g.
Para siswa akan diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok
kooperatif.
Sementara itu, menurut Nur (2001: 3) pembelajaran yang menggunakan
model cooperative learning pada umumnya memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1.
Siswa bekerja dalam
kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
2.
Kelompok dibentuk dari
siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
3.
Bilamana mungkin, anggota
kelompok berasal dari ras, bangsa, suku, dan jenis kelamin yang berbeda-beda.
4.
Penghargaan lebih
berorientasi kepada kelompok dari pada individu.
3.
Model Cooperative Learning
Beberapa model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
a.
Student teams achievement division (STAD)
Langkah-langkah:
1.
Membentuk kelompok yang
anggotanya 4 orang.
2.
Guru menyajikan materi
pelajaran.
3.
Guru memberi tugas untuk
dikerjakan, anggota kelompok yang mengetahui jawabannya memberikan penjelasan
kepada anggota kelompok.
4.
Guru memberikan
pertanyaan/kuis dan siswa menjawab pertanyaan/kuis dengan tidak saling
membantu.
5.
Pembahasan kuis
6.
Kesimpulan
b.
Jigsaw (Model Tim Ahli)
Langkah-langkah:
1. Siswa dikelompokkan dengan anggota 4 orang.
2. Tiap orang dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda.
3. Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk
kelompok baru (kelompok ahli)
4. Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok
asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai.
5. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
6. Pembahasan
7. Penutup
c.
Group Investivigation Go a Round
Langkah-langkah:
1. Membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5 siswa.
2. Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis.
3. Mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab
pertanyaan kelompoknya secara bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu
yang disepakati.
d.
Think Pair and Share
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan inti materi.
2. Siswa berdiskusi dengan teman sebelahnya tentang
materi/permasalahan yang disampaikan guru.
3. Guru memimpin pleno dan tiap kelompok mengemukakan hasil
diskusinya.
4. Atas dasar hasil diskusi, guru mengarahkan pembicaraan pada
materi/permasalahan yang belum diungkap siswa.
5. Kesimpulan.
e.
Make a Match (Membuat Pasangan).
Langkah-langkah:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topik
yang cocok untuk sesi review (satu sisi kartu berupa kartu soal dan sisi
sebaliknya berupa kartu jawaban).
2. Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal
dari kartu yang dipegang.
3. Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan
kartunya (kartu soal/kartu jawaban).
4. Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi
poin.
5. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat
kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
6. Kesimpulan.
4.
Motivasi
Salah satu aspek psikologis yang ada pada diri seseorang adalah
motivasi. Menurut Egsenck (Slameto, 2003:170) motivasi merupakan suatu proses
yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsisten, serta arah umum dari
tingkah laku manusia. Seseorang termotivasi atau terdorong untuk melakukan
sesuatu karena adanya tujuan atau kebutuhan yang hendak dicapai. Tujuan atau
kebutuhan tersebut akan mengarahkan perilaku seseorang.
Motivasi berdasarkan sifatnya menurut Sardiman (1987) ada dua,
yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
a.
Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang menjadi aktif atau berfungsinya
tidak perlu ada perangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah
ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian, tingkah laku yang
dilakukan seseorang disebabkan oleh kemauan sendiri bukan dorongan dari luar.
b.
Motivasi Ekstrinsik.
Motivasi ekstrinsik merupakan motif yang aktif dan berfungsi
karena adanya dorongan atau rangsangan dari luar. Tujuan yang diinginkan dari
tingkah laku yang digerakkan oleh motivasi ekstrinsik terletak diluar tingkah
laku tersebut.
Kenneth H. Hover (Sardiman, 1987) mengungkapkan bahwa motivasi
yang berasal dari dalam diri individu (Intrinsik) lebih efektif dari pada
motivasi yang dipaksa dari luar (ekstrinsik).
5.
Kelebihan dan Kelemahan Cooperative Learning
a.
Kelebihan Cooperative Learning, yaitu:
1.
Meningkatkan harga diri
tiap individu.
2.
Penerimaan terhadap
perbedaan individu yang lebih besar.
3.
Konflik antar pribadi
berkurang.
4.
Sikap apatis berkurang.
5.
Pemahaman yang lebih
mendalam.
6.
Motivasi lebih besar.
7.
Hasil belajar lebih tinggi.
8.
Retensi atau penyimpanan
lebih lama.
9.
Meningkatkan kebaikan
budi,kepekaan dan toleransi.
10. Cooperative learning dapat mencegah keagresifan dalam sistem
kompetisi dan keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek
kognitif.
b.
Kelemahan Cooperative Learning, yaitu:
1. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas dan siswa tidak
belajar jika mereka di tempatkan dalam grup.
2. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang
lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup
mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu
grup dengan siswa yang lebih pandai.
3. Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya
karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri
dengan kelompok.
4. Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau
secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut.
B. PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION)
1. Landasan Teoritik
Model pengajaran langsung bertumpu pada
prinsip-prinsip psikologi prilaku dan teori belajar social, khususnya tentang pemodelan (modeling).
Menurut Bandura, belajar yang dialami
manusia sebagian besar diperoleh dari suatu pemodelan, yaitu meniru prilaku dan
pengalaman (keberhasilan dan kegagalan) orang lain.
2. Tujuan Hasil Belajar Siswa
Model pengajaran langsung dirancang secara
khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan procedural dan
pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari
selangkah demi selangkah. Menghafal hukum atau rumus tertentu dalam sains
merupakan contoh pengetahuan deklaratif sederhana. Sedangkan bagimana cara
mengoperasikan alat-alat ukur dalam sains merupakan contoh pengetahuan
procedural.
Dalam banyak hal, penguasaan terhadap
pengetahuan dasar procedural dan deklaratif terdiri atas penguasaan kegiatan
khusus dan kegiatan berurutan. Misalnya, agar siswa terampil menggunakan neraca
Ohauss untuk mengukur massa, memerlukan pengetahuan deklaratif tentang
nama-nama bagian neraca Ohauss dan juga pengatahuan procedural seperti
bagaimana mengenolkan neraca, menggeser anak timbang dan membaca skala.
3. Tingkah Laku Mengajar (Sintaks)
Pada model pembelajaran langsung terdapat
lima fase yang sangat penting. Guru mengawali pelajaran dengan pekerjaan
tentang tujuan dan latar belakang pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk
menerima penjelasan guru.
Fase persiapan dan motivasi ini kemudian
diikuti oleh presentasi materi ajar yang diajarkan atau demonstrasi tentang
keterampilan tertentu. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik tertentu,
guru perlu selalu mencoba memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan
pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari kedalam situasi kehidupan nyata.
Rangkuman kelima fase tersebut dapat dilihat pada table 1.
TABEL 1. SINTAKS MODEL PENGAJARAN LANGSUNG
FASE-FASE
|
PRILAKU GURU
|
FASE
1
Menyampaikan
tujuan dan mempersiapkan siswa
|
Guru
menyampaikan tujuan, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran
ini, mempersiapkan siswa untuk belajar
|
FASE
2
Mendemonstrasikan
pengetahuan atau keterampilan
|
Guru
mendemonstrasikan keterampilan yang benar, atau menyajikan informasi tahap
demi tahap
|
FASE
3
Membimbing
pelatihan
|
Guru
merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal
|
FASE
4
Mengecek
pemahaman dan memberikan umpan balik
|
Mencek
apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik
|
FASE
5
Memberikan
kesempatan untuk pelatihan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
|
Guru
mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian
khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan
sehari-hari.
|
4. Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan
Langkah-langkah atau tindakan tertentu merupakan ciri khusus
pengajaran langsung. Ciri utama unik yang terlihat dalam melakukan suatu
pengajaran langsung adalah sebagai berikut:
1.
Tugas-tugas perencanaan
Beberapa hal yang dilakukan sekaitan dengan tugas-tugas
perencanaan, adalah: (1) merumuskan tujuan, (2) Memilih isi, (3) Melakukan
analisis tugas, dan (4) Merencanakan waktu dan ruang.
2. Langkah-Langkah Pembelajaran Model
Pengajaran langsung
Langkah-langkah pembelajaran model pengajaran langsung pada
dasarnya mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Menyiapkan dan memotivasi siswa.
- Menyampaikan tujuan.
- Presentasi dan Demonstrasi
- Mencapai kejelasan.
- Melakukan demonstrasi.
- Mencapai pemahaman dan penguasaan.
- Berlatih.
- Memberikan latihan Terbimbing.
C.
MODEL
PROBLEM BASED INSTRUCTION ( PBI )
1.
Landasan Teori PBI
Model pengajaran mempunyai empat ciri
khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri
tersebut adalah: (1) rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta
atau pengembangnya; (2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa
belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai); (3) tingkah laku mengajar yang
diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan (4)
lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai
(Kasdi dan Nur, 2000:9).
Selain memiliki ciri-ciri khusus, menurut
Nieveen (1999) suatu model pembelajaran dikatakan baik jika memiliki kriteria
sebagai berikut: Pertama, sahih (valid). Aspek validitas dikaitkan
dengan dua hal, yaitu (1) apakah model didasarkan pada rasional teoretik yang
kuat; dan (2) apakah terdapat konsistensi internal. Kedua, praktis.
Aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika: (1) para ahli dan praktisi
menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan; dan (2) kenyataan
menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat dikembangkan. Ketiga,
efektif. Parameter kefektivan meliputi: (1) ahli dan praktisi berdasarkan
pengalamannya menyatakan bahwa model tersebut efektif; dan (2) secara
operasional model tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan.
2.
Pengertian
Model Problem Based Instruction ( PBI )
Problem-based instruction adalah model pembelajaran yang
berlandaskan paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam
belajar dan pemecahan masalah otentik (Arends et al., 2001). Dalam
pemrolehan informasi dan pengembangan pemahaman tentang topik-topik, siswa
belajar bagaimana mengkonstruksi kerangka masalah, mengorganisasikan dan
menginvestigasi masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun fakta,
mengkonstruksi argumentasi mengenai pemecahan masalah, bekerja secara
individual atau kolaborasi dalam pemecahan masalah.
Peranan guru
sebagai pembimbing dan negosiator. Peran-peran tersebut dapat ditampilkan secara lisan selama proses
pendefinisian dan pengklarifikasian masalah.
Sarana pendukung model pembelajaran ini
adalah: lembaran kerja siswa, bahan ajar, panduan bahan ajar untuk siswa dan
untuk guru, artikel, jurnal, kliping, peralatan demonstrasi atau eksperimen
yang sesuai, model analogi, meja dan kursi yang mudah dimobilisasi atau ruangan
kelas yang sudah ditata untuk itu.
3. Kelebihan dan Kelemahan Model Problem Based Instruction ( PBI )
a. Kelebihan:
1.
Siswa
dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya
dengan baik.
2.
Dilatih
untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
3.
Dapat
memperoleh dari berbagai sumber.
b. Kelemahan:
1.
Untuk
siswa yang malas, tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
2.
Membutuhkan
banyak waktu dan dana.
3.
Tidak
semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini.
4. Langkah-Langkah Dalam Model Problem Based Introduction (PBI)
Adapun langkah-langkah dalam Model
Problem Based Introduction (PBI) adalah sebagai berikut :
a. Guru menjelaskan
tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistic yang dibutuhkan, memotivasi siswa
terlibat dalam aktivitas pmecahan masalah yang dipilih.
b. Guru membantu siswa
mendefenisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll)
c. Guru mendorong
siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan
masalah.
d. Guru membantu siswa
dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai dengan laporan dan membantu
mereka berbagi tugas dengan temannya
e. Guru membantu siswa
untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap pendidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan.
5.
Materi
yang Cocok dan Alasan Memilih Materi dengan Model Problem Based Instruction (
PBI )
-
Perubahan sifat benda
Alasannya :
Dengan materi ini
anak dapat memecahkan masalah mengapa benda-benda dapat berubah sifatnya, atau
anak dapat meneliti perubahan benda-benda dari segi bentuk, warna atau
bau. sifat-sifat yang terdapat pada sebuah benda pada saat terjadi
perubahan. Dengan materi ini anak melakukan percobaan langsung agar dapat
mengidentifikasi masalah yang terjadi dan memberikan jawabannya dengan menyusun
laporan. Disini anak dituntuk bekerjasama agar percobaan yang dilakukan
berhasil.
-
Perubahan Pada Benda
Alasannya :
Dalam materi ini
membahas tentang : pelapukan, perkaratan, dan pembusukan yang dimana
masing-masing siswa harus melakukan penelitian atau percobaan tentang materi
yang dibahas. Sumber data dapat diperoleh melalui internet, maupun buku
referensi yang mendukung,. Masing-masing siswa dapat melakukan hipotesis
tentang materi ini seperti memaparkan penyebab terjadi, akibat dan sebab dan
melakukan pemecahan masalah pada masalah tersebut. Setelah semua data terkumpul
maka dapat dibuat laporan untuk dievaluasi guru tentang penyelidikanmereka
apakah sudah akurat atau belum serta melakukan penyempurnaan-penyempurnaan
lainnya.
6. Karakteristik
Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Karakteristik pembelajaran berdasarkan
masalah adalah:
Pengajuan pertanyaan atau masalah. PBI mengorganisasikan pengajaran di
sekitar pertanyaan dan masalah yang keduanya secara sosial penting dan secara
pribadi bermakna untuk siswa.
Berfokus pada keterkaitan antardisiplin.
Meskipun PBI berpusat pada mata pelajaran tertentu, masalah yang akan
diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa dapat
meninjau masalah itudari berbagai mata pelajaran.
Penyelidikan autentik. PBI mengharuskan siswa melakukan
penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata
Menghasilkan produk dan memamerkannya.
PBI menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata
atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian
masalah yang merfeka temukan.
Kolaborasi. PBI dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lain, paling
sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil.
7. Manfaat
Pembelajaran Berdasarkan Masalah
PBI tidak dirancang untuk membantu guru
memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, melainkan untuk membantu
siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan
intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam
pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pembelajaran yang mandiri (Ibrahim,
dkk., 2000:7).
Menurut Sudjana manfaat khusus yang
diperoleh dari metode Dewey adalah metode pemecahan masalah. Tugas guru adalah
membantu siswa merumuskan tugas-tugas dan bukan menyajikan tugas-tugas
pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari buku teks tetapi dari masalah
yang ada di sekitarnya (dalam Trianto, 2007:71).
8. Sintaks
Pembelajaran Berdasarkan Masalah
PBI terdiri atas lima langkah utama yang dimulai
dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri
dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kelima langkah tersebut
dijelaskan sebagai berikut.
TAHAP
|
TINGKAH LAKU GURU
|
Orientasi
siswa pada masalah
|
Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang dibutuhkan, mengajukan
fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi
siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih
|
Mengorganisasikan
siswa untuk belajar
|
Guru
membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut
|
Membimbing
penyelidikan individual maupun kelompok
|
Guru
mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen, mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
|
Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya
|
Guru
membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan, video, dan model, serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan
temannya
|
Menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
|
Guru
membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
|
Menurut Ibrahim (dalam Trianto, 2007:72)
di dalam kelas PBI, peran guru berbeda dengan kelas tradisional. Peran guru
dalam kelas PBI antara lain: (1) mengajukan masalah atau mengorientasikan siswa
kepada masalah autentik, yaitu masalah kehidupan nyata sehari-hari; (2)
memfasilitasi/membimbing penyelidikan, misalnya melakukan pengamatan atau melakukan
eksperimen; (3) memfasilitasi dialog siswa; dan (4) mendukung belajar siswa.
9. Pelaksanaan
Pembelajaran Berdasarkan Masalah
1. Tugas-Tugas
Perencanaan
Karena hakikat interaktifnya, model PBI membutuhkan banyak perencanaan,
meliputi:
Penetapan
tujuan
Model PBI dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan seperti keterampilan
menyelidiki, memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa menjadi pembelajar
mandiri.
Merancang
situasi masalah
Beberapa guru dalam pengajaran berdasarkan masalah lebih suka memberi keleluasaan
kepada siswa untuk memilih masalah yang akan diselidiki, karena cara ini dapat
meningkatkan motivasi siswa.
Organisasi
sumber daya dan rencana logistik
Dalam pengajaran berdasarkan masalah siswa dimungkinkan bekerja dengan
beragam material dan peralatan serta dalam pelaksanaan, atau di laboratorium,
bahkan dapat pula dilakukan di luar sekolah.
2. Tugas
Interaktif
1. Orientasi
Siswa pada Masalah
Siswa perlu memahami bahwa tujuan pengajaran berdasarkan masalah adalah
tidak untuk memperoleh informasi baru dalam jumlah besar, tetapi untuk
melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah penting dan untuk menjadi
pembelajar yang mandiri.
2. Mengorganisasikan
Siswa untuk Belajar
Pada model pembelajaran berdasarkan masalah dibutuhkan pengembangan
keterampilan kerja sama di antara siswa dan saling membantu untuk menyelidiki
masalah secara bersama.
3. Membantu
Penyelidikan Mandiri Ataupun Kelompok
Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber dengan
jalan diberikan berbagai pertanyaan yang membuat mereka berpikir tentang suatu
masalah dan jenis informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut.
4. Analisis
dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah
Tugas guru pada tahap akhir PBI adalah membantu siswa menganalisis dan
mengevaluasi proses berpikir mereka dan keterampilan penyelidikan yang mereka
gunakan.
10.Lingkungan
Belajar dan Tugas-tugas Manajemen
Hal penting yang harus diketahui adalah bahwa guru perlu memiliki
seperangkat aturan yang jelas agar pembelajaran dapat berlangsung tertib tanpa
gangguan. Di samping itu, juga agar dapat menangani siswa yang menyimpang
secara cepat dan tepat, serta panduan bagaimana mengelola kerja kelompok. Salah
satu masalah yang cukup rumit adalah bagaimana guru harus menangani siswa
(individu maupun kelompok) yang menyelesaikan tugas lebih awal maupun yang
terlambat.
11.Evaluasi
Dalam PBI perhatian pembelajaran tidak pada perolehan pengetahuan
deklaratif, oleh karena itu tugas penilaian tidak cukup bila hanya dengan tes
tertulis atau tes kertas dan pensil (paper and pencil test). Teknik
penilaian yang sesuai dengan model ini adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan
siswa yang merupakan hasil penyelidikan mereka.
Tugas evaluasi yang sesuai untuk model ini terutama terdiri atas menemukan
prosedur penilaian alternatif yang akan digunakan untuk mengukur pekerjaan
siswa, misalnya dengan penilaian kinerja dan peragaan hasil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar