A.Pendekatan
pembelajaran
Pendekatan pembelajaran
dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewstudent
centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau
berpusat pada guru (teacher centered approach).Dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam
kurikulum, guru perlu melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran mulai dari
perencanaan, menentukan strategi, pemilihan materi dan metode pembelajaran,
sampai pada penilaian. Serangkaian kegiatan pembelajaran dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan tersebut sering disebut dengan pendekatan
pembelajaran.Pengertian pendekatan sendiri dikatakan oleh Ujang Sukandi
(2003:39) adalah cara umum dalam memandang permasalahan atau objek
kajian, laksana pakai kacamata merah — semua tampak kemerah-merahan.
adahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
(1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (
Pengertian pendekatan pembelajaran secara
tegas belum ada kesepakatan dari para ahli pendidikan. Namun beberapa ahli
mencoba menjelaskan tentang pendekatan pembelajaran (instructional approach),
misalnya ditulis oleh Gladene Robertson dan Hellmut Lang (1984: 5). Menurutnya
pendekatan pembelajaran dapat dimaknai menjadi 2 pengertian, yaitu pendekatan
pembelajaran sebagai dokumen tetap dan pendekatan pembelajaran sebagai bahan
kajian yang terus berkembang. Pendekatan pembelajaran sebagai dokumen tetap
dimaknai sebagai suatu Kerangka umum dalam
Praktek Profesional guru, yaitu serangkaian dokumen yang dikembangkan
untuk mendukung pencapaian Kurikulum. Hal tersebut berguna untuk: (1)
mendukung kelancaran guru dalam proses pembelajaran; (2) membantu para guru
menjabarkan kurikulum dalam praktik pembelajaran di kelas; (3) sebagai panduan
bagi guru dalam menghadapi perubahan kurikulum; dan (4) sebagai bahan masukan
bagi para penyusun kurikum untuk mendesain kurikulum dan pembelajaran
yang terintegrasi.adapun macam-macam pendekatan pembelajaran yang efisien bagi
pembelajaran fisika akan di jelaskan pada pembahasan berikutnya
B.Pendekatan Pembelajaran Konstruktivis
1.Landasan teori pendekatan konstruktivis
Landasan teori dari pendekatan ini adalah
bahwa siswa sendirilah yang harus membangu pengetahuannya,bukan guru atau orang
lain. Menurut pandangan ahli konstruktivisme, setiap siswa
mempunyai peranan dalam menentukan apa yang dipelajari. Penekanan diberi
kepada siswa agar dapat membentuk kemahiran dan pengetahuan yaitu dengan
mengaitkan pengalaman yang terdahulu dengan kegunaannya di masa depan. Siswa
tidak hanya diberikan penekanan terhadap fakta atau konsep tetapi juga
diberikan penekanan terhadap proses berpikir serta kemahiran berkomunikasi.
Epistemologi konstruktivis menganggap
bahwa peserta didik membangun pengetahuan mereka sendiri atas dasar interaksi
dengan lingkungan mereka. Empat asumsi
epistemologis berada di jantung dari apa yang kita sebut sebagai
"pembelajaran konstruktivis."
·
Pengetahuan secara fisik
dibangun oleh peserta didik yang terlibat dalam pembelajaran aktif.
·
Pengetahuan dibangun
secara simbolis oleh peserta didik yang membuat representasi sendiri tindakan;
·
Pengetahuan sosial yang
dibangun oleh peserta didik yang menyampaikan makna mereka membuat orang lain;
·
Pengetahuan secara
teoritis dibangun oleh peserta didik yang mencoba untuk menjelaskan hal-hal
yang tidak sepenuhnya mengerti.
2. Pengertian Pendekatan Konstruktivis
Pendekatan konstruktivisme merupakan
proses pembelajaran yang menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam
pemikiran pelajar. Pengetahuan dikembangkan secara aktif oleh pelajar
itu sendiri dan tidak diterima secara pasif dari orang disekitarnya. Hal ini
bermakna bahwa pembelajaran merupakan hasil dari usaha pelajar itu sendiri dan
bukan hanya ditransfer dari guru kepada pelajar.
Hal
tersebut berarti siswa tidak lagi berpegang pada konsep pengajaran dan
pembelajaran yang lama, dimana guru hanya menuangkan atau mentransfer
ilmu kepada siswa tanpa adanya usaha terlebih dahulu dari siswa itu
sendiri.Menurut pandangan ahli konstruktivisme, setiap siswa mempunyai
peranan dalam menentukan apa yang dipelajari. Penekanan diberi kepada siswa
agar dapat membentuk kemahiran dan pengetahuan yaitu dengan mengaitkan
pengalaman yang terdahulu dengan kegunaannya di masa depan. Siswa tidak hanya
diberikan penekanan terhadap fakta atau konsep tetapi juga diberikan penekanan
terhadap proses berpikir serta kemahiran berkomunikasi.
3.
Prosedur pembelajaran konstruktivisme
Driver dalam Fraser
and Walberg (1995) telah menciptakan prosedur
pembelajaran berdasarkan konstruktivisme, memfasilitasi
pebelajar membangun sendiri konsep-konsep baru
berdasarkan konsep lama yang telah
dimiliki. Pembangunan konsep baru itu tidak
terjadi di ruang hampa melainkan dalam
konteks sosial, dimana mereka dapat berinteraksi dengan orang lain untuk
merestrukturisasi ide-idenya.Konsep lama yang dimiliki
pebelajar digali pada pembelajaran pendahuluan,
pada saat mereka mendapat orientasi berupa peristiwa
alam, model, atau simulasi yang relevan dengan
konsep yang akan dipelajari. Konsep lama
itu diperoleh pebelajar dari kehidupan sehari-hari
selama bertahun-tahun, maupun dari pembelajaran
sebelumnya. Tidak jarang di antara konsep-konsep
itu ada yang salah (miskonsepsi), yang akan
sangat mengganggu proses belajar selanjutnya
apabila tidak diperbaiki sejak awal. Konsep
lama yang sudah sesuai dengan konsep
ilmiah sangat penting artinya bagi penanaman
konsep-konsep baru yang akan dilakukan dalam pembelajaran inti.
4.Kompetensi
yang Dikembangkan dalam Pembelajaran Kontruktivis
Di samping kompetensi disiplin (discipline-based competencies), pembelajaran konstruktivis juga
mengembangkan kompetensi interpersonal (interpersonal competencies) dan kompetensi intrapersonal (intrapersonal competencies) dalam diri
pebelajar. Kompetensi disiplin ilmu berkaitan dengan peman konsep, prinsip, teori
dan hukum dalam disiplin ilmu
masing-masing. Kompetensi interpersonal mencakup
kemampuan berkomuniksi, berkolaborasi, berperilaku
sopan dan baik, menangani konflik, bekerja sama, membantu orang
lain, dan menjalin hubungan dengan orang lain. Kompetensi
intrapersonal mencakup apresiasi terhadap
keanekaragaman, melakukan refleksi diri,
disiplin, beretos kerja tinggi, membiasakan
diri hidup sehat, mengendalikan emosi, tekun, mandiri, dan
mempunyai motivasi intrinsik. Keempat lingkaran itu saling
bersinggungan bagian tepinya sehingga manakala lingkaran
pembelajaran menggelinding ketiga lingkaran
lainnya akan ikut menggelinding
Lingkaran pembelajaran yang
terintegrasi dengan tiga kompetensi itu seiring
dengan dimensi-dimensi konstruktivisme pada. Pada saat
mengkonstruksi pengetahuan dalam konteks sosiokultural kompetensi
interpersonal pebelajar akan berkembang secara alami. Pada
saat mengkonstruksi pengetahuan secara aktif
(sebagai aktor) kompetensi intrapersonal pebelajar akan
terfasilitasi secara optimal.
5
Strategi Pembelajaran Kontruktivis
a. Langsung (Tatap Muka)
Secara umum tatap muka terdiri dari tiga bagian, yaitu :
- Pendahuluan : Memberikan “orientasi” dan “penggalian ide” untuk mengetahui prakonsepsi pebelajar.
- Inti: Merupakan bagian terbesar pembelajaran, digunakan untuk menfasilitasi “restrukturisasi ide” mengarah ke perbaikan konsep, pembelajar menilai apakah ide-ide itu sudah mendekati konsep ilmiah yang sesungguhnya. Selanjutnya memberi kesempatan kepada pebelajar untuk “mengaplikasikan ide-ide” yang baru dipelajari untuk memecahkan berbagai masalah. Pemantapan pebelajar atas ide-ide itu sebenamya baru, namun akan mantap setelah digunakan untuk memecahkan masalah.
- Penutup : Melakukan “review perubahan ide” untuk membandingkan ide yang telah dipelajari dengan ide awal yang muncul saat penggalian ide.
b. Tidak Langsung (Non Tatap Muka)
Dalam pembelajaran non tatap
muka “restrukturisasi ide” dan “aplikasi
ide” dapat terus difasilitasi; bedanya proses
pembelajaran pebelajar, tanpa pengawasan pembelajar.
Tugasnya bisa bersifat terstruktur (sesuai
dengan perencanaan pembelajar), dapat juga
mandiri (sesuai dengan minat masing-masing
pebelajar).
6.
Metode Pembelajaran Kontruktivis
Di dalam masing-masing tahap pembelajaran konstruktivisme di
atas, tentu saja terdapat berbagai metode. Di bawah ini adalah beberapa metode
yang sering dipakai :
- Metode “sindikat” sangat cocok untuk topik yang dapat dipelajari sendiri oleh pebelajar. Mereka bekerja dalam kelompok, masing-masing anggota mempelajari satu aspek masalah secara mendalam sebelum bertemu dengan anggota lain dalam sindikatnya, memecahkan masalah secara bersama-sama secara intensif
- Pembelajaran kelompok kecil biasanya terdiri dari 4-6 pebelajar; mereka saling mengemukakan pendapatnya tentang suatu masalah sebelum akhirnya mengambil kesimpulan. Beberapa pebelajar kurang berani berbicara dalam kelompok seukuran itu.
- Sebagai jalan keluarya pembelajar perlu sekali-sekali membentuk “ triad “, yaitu kelompok yang hanya terdiri dari tiga orang. Dengan kelompok kecil itu mau tidak mau pebelajar akan berani berbicara.
- “Praktikum” tidak selalu berlangsung di laboratorium dengan menggunakan alat-alat yang canggih, melainkan bisa juga berlangsung di alam sekitar dan masyarakat. Kegiatan praktikum hendaknya diarahkan untuk membekali pebelajar dengan : keterampilan praktikum dasar pengenalan alat-alat dan teknik pengukuran standar keterampilan melakukan pengamatan intrepretasikan data penulisan laporan keterampilan merencanakan percobaan minat terhadap ilmu
7
Evaluasi Pembelajaran Konstruktivis
Evaluasi terhadap pembelajaran
konstruktivis meliputi evaluasi formatif dan
sumatif. Evaluasi formatif menekankan pada
proses, dan tujuannya lebih kepada perbaikan
mutu pembelajaran; sedangkan evaluasi sumatif
menekankan pada hasil. Untuk evaluasi formatif asesmen perlu
dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan berikut ini: (a) diskusi kelas, (b)
kegiatan kelompok kecil di kelas atau di lapangan tugas terstruktur, pekerjaan
rumah, (c) kegiatan mandiri (proyek), (d) praktikum Evaluasi
sumatif mengukur pencapaian pebelajar setelah
menyelesaikan suatu mata pelajaran. Aspeknya
mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap;
pengukurannya bisa dilakukan dengan tes tertulis maupun tes perbuatan.
Evaluasi terhadap kegiatan praktikum sebenamya
tidak semata-mata menekankan pada proses,
melainkan juga hasil, laporan praktikum
adalah suatu hasil. Asesmen terhadap laporan
praktikum dapat dilakukan secara komprehensif
mencakup hal-hal berikut ini: (a) kejelasan
isi, (b) kebenaran teori, (c) presentasi hasil,
dan (d) penampakan visual keseluruhan.
Koreksi terhadap laporan prakfikum
dan tugas seringkali menjadi pekerjaan yang
sangat berat bagi pembelajar. Struktur
masing-masing laporan cukup kompleks dan
perhitungannya sangat rumit. Dengan jumlah
pebelajar sekitar 40 orang tiap kelas
hampir tidak mungkin bagi pembelajar
memeriksa secara teliti. Untuk tugas yang
bersifat homogen, sama untuk semua pebelajar, berbagai altematif disarankan;
- Cukup dilakukan koreksi terhadap satu kelompok; yang lain akan belajar dari kesalahan-kesalahan kelompok itu, yang sudah dikoreksi oleh pembelajar.
- Melakukan sampling terhadap laporan-laporan praktikum atau PR yang masuk; misalnya satu tiap empat laporan atau PR.
- Menggunakan peer dan self assessinent
Nilai
akhir dari hasil belajar pebelajar adalah
gabungan dari berbagai nilai yang diperoleh.
8.Penerapannya dalam pembelajaran fisika
Adapun
penerapannya dalam pembelajaran fisika yaitu Praktikum, dimana
praktikum itu tidak selalu berlangsung di
laboratorium dengan menggunakan alat-alat yang canggih,
melainkan bisa juga berlangsung di alam
sekitar dan masyarakat. Kegiatan praktikum hendaknya diarahkan
untuk membekali pebelajar dengan : keterampilan praktikum dasar pengenalan
alat-alat dan teknik pengukuran standar
keterampilan melakukan pengamatan intrepretasikan
data penulisan laporan keterampilan merencanakan percobaan minat terhadap ilmu, dengan
praktikum, siswa dapat membangun pengetahuannya melalui penemuan dari hasil
percobaanya.
Bisa juga
dlam diskusi yang tujuannya untuk memecahkan masalah, dengan diskusi siswa
dapat secara aktif mengelurkan pendapat yang dimilkinya terkait masalah yang
ingin dipecahka, dan dari diskusi siswa dapat berinteraksi disekitarnya,
sehingga dapat membangun sendiri pengetahuannya.
C.Pendekatan keterampilan proses
1.Landasan teori
Belajar bukan suatu proses
tunggal akan tetapi merupakan suatu proses yang kompleks.Menurut Uzer Usman
(1995: 5) belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah lakupada diri
individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu
denganlingkungannya. Dalam pengertian ini perubahan yang dimaksud adalah bahwa
seseorang,setelah
mengalami suatu proses belajar, akan mengalami perubahan tingkah laku,
baikaspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Kriteria
keberhasilandalam belajar diantaranya ditandai dengan terjadinya perubahan
tingkah laku pada diri individu
yang belajar.
Pendapat serupa
dikemukakan Nana Sudjana (1995: 28) belajar adalah suatu proses
yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil dari
proses belajar
dapat ditujukan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan,
pemahaman, sikap
dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahanaspek-aspek
yang lain yang ada pada individu yang belajar.
2.Pengertian pendekatan keterampilan proses
Keterampilan
proses dapat diartikan yaitu keterampilan untuk memperoleh
pengetahuan,sedangkan pendekatan keterampilan proses adalah sudut pandang atau
tolak ukur yang digunakan dalam melakukan keterampilan untuk memperolh
pengetahuan
Mengajar yang
mengacu pada proses perubahan tingkah laku menuntut pendekatan
pembelajaran
yang tepat, dimana dengan pendekatan itu diupayakan berfungsinya berbagai
keterampilan
fisik dan mental anak selama proses pembelajaran dalam rangka memperoleh
hasil belajar
yang diinginkan. Pendekatan tersebut adalah pendekatan keterampilan proses.
Menurut Conny
Semiawan dkk (1992: 17) pendekatan keterampilan proses adalah
pendekatan yang
menumbuhkan dan mengembangkan sampai menguasai sejumlah
kemampuan atau
keterampilan fisik dan mental tertentu.
Dengan
pendekatan keterampilan proses diharapkan siswa menguasai kemampuan
atau
keterampilan dasar. Kemampuan yang dimaksud adalah keterampilan proses yaitu
keterampilan
fisik dan mental yang pada dasarnya adalah diri siswa, yang sesuai dengan
tingkat
perkembangannya. Keterampilan tersebut misalnya keterampilan pengamatan,
membuat
hipotesis, merencanakan penelitian, mengendalikan variabel, menafsirkan data,
menyusun
kesimpulan sementara, meramalkan, menerapkan dan mengkomunikasikannya.
2.Jenis-jenis
keterampilan proses
1)
Mengamati(observasi)
Untuk dapat
mencapai keterampilan mengamati, siswa harus menggunakan semua
inderanya.
Dengan demikian ia dapat mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dan
memadai,
selanjutnya siswa harus mampu mencapai persamaan dan perbedaan.
2)
Pengukuran
Keterampilan
pengukuran merupakan keterampilan dasar yang penting dan banyak digunakan oleh
ilmuan,karena kita ketahui bahwa pengukuran didasarkan pada perbandingan.contohynya
dalam fisika adalah saat praktikum misalnya membandingkan panjang, luas, dan
volum dari benda, membandingkan kecepatan suhu dan sebagainya.
3)
Meramalkan
Bila siswa dapat
menggunakan pola-pola hasil pengamatannya untuk menemukan
apa yang mungkin
terjadi pada keadaan yang belum diamatinya, maka siswa itu memiliki
keterampilan
proses meramalkan.
4)
Menggunakan Alat dan Bahan
Untuk dapat
memiliki keterampilan menggunakan alat dan bahan, dengan
sendirinya siswa
harus menggunakannya supaya memperoleh pengalaman langsung.
Selain itu siswa
harus mengetahui pula mengapa atau bagaimana menggunakan alat dan
bahan tersebut.
5) Klasifikasi
Merupakan jenis
ketermpilan proses yang sangat penting. Pada keterampilan klasifikasi murid
harus terlatih melihat persamaan dan perbedaan sesuatu baik berdasarkan ciri,
tujuan dan lain-lain. Contohnya dalam fisika, saat praktikum mengklasifikasikan
beban berdasarkan massanya.
6)
Merencanakan Penelitian
Agar siswa dapat
memiliki keterampilan dalam proses merencanakan penelitian
maka harus
menentukan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. Selanjutnya
siswa harus
menentukan variabel-variabel. Ada variabel yang dibuat tetap dan ada pula
variabel yang
dibuat berubah. Demikian pula ia harus dapat menentukan apa yang akan
diamati, diukur,
atau ditulis, menentukan cara, dan langkah-langkah kerja. Selanjutnya
bisa menentukan
bagaimana mengolah hasil-hasil pengamatan.
7)
Berkomunikasi
Supaya siswa
memiliki keterampilan berkomunikasi, siswa berlatih menyusun dan
menyampaikan
laporan secara sistematis dan jelas, menjelaskan hasil percobaan atau
pengamatan, mendiskusikan
dan menggambarkan data dengan grafik atau tabel.
8) Interpretasi
Data
Keterampilan
menginterpretasi atau menafsirkan data adalah salah satu keterampilan kunci
dalam keterampilan proses, dimana data yang dikumpulkan melalui eksperimen
disajikan dalam berbagai cara, seperti grafik dan tabel.Dengan adanya
interpretasi siswa dapat membuat kesimpulan sesuai dengan kaidah ilmiah.
3 Penerapannya
dalam fisika.
Adapun
penerapannya dalam pembelajaran fisika yaitu saat praktikum di laboratorium,di
mana siswa dituntut dalam memperoleh pengetahuan,harus melakukan proses-psoses
yang sistematis sehingga dapat memperoleh pengetahuan dan di publikasikan
kepada semua orang,misalnya mengetahui persamaan hukum hook,siswa harus
melakukan proses-proses sains dari
pengamatan sampai interpretasi data sehingga di peroleh persamaan hukum hook
D.Pendekatan Kontekstual
1.Pengertian pendekatan konterkstual
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and
Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departement
of Education, 2001). Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar,
manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa
akan menhadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti.
Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan
suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk
meggapinya.
Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu
siswa dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan trategi
daripada memberi informasi. Guru hanya megelola kelas sebagai sebuah tim yang
bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi siswa. Proses belajar
mengajar lebih diwarnai Student centered daripada teacher centered. Menurut
Depdiknas guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai berikut: 1) Mengkaji
konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa . 2) Memahami latar belakang
dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama. 3)
Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa yang selanjutnya
memilih dan mengkaiykan dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam
pembelajaran kontekstual. 4) Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep
atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki
siswa dan lingkungan hidup mereka. 5) Melaksanakan penilaian terhadap pemahaman
siswa, dimana hasilnya nanti dijadikan bahan refeksi terhadap rencana
pemebelajaran dan pelaksanaannya.
Menurut Blanchard, ciri-ciri kontekstual: 1) Menekankan pada
pentingnya pemecahan masalah. 2) Kegiatan belajar dilakukan dalam
berbagai konteks 3) Kegiatan belajar dipantau dan diarahkan agar siswa
dapat belajar mandiri. 4) Mendorong siswa untuk belajar dengan temannya dalam
kelompok atau secara mandiri. 5) Pelajaran menekankan pada konteks kehidupan
siswa yang berbeda-beda. 6) Menggunakan penilaian otentik
Menurut Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan kontektual
(CTL) memiliki tujuah komponen utama, yaitu konstruktivisme (constructivism),
menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat-belajar (Learning
Community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan
penilaian yang sebenarnya (Authentic). Adapaun tujuh komponen tersebut
sebagai berikut:
2.Komponen utama pendekatan kontekstual dan
penerapannya dalam fisika
- Konstruktivisme (constructivism)
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang
menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan
tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif
secara mental mebangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur
pengetahuanyang dimilikinya.
2 Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagaian inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis kontekstual Karen pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari
menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus
yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning),
mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering),
penyimpulan (conclusion). Contohnya dalam fisika,
3 Bertanya (Questioning)
Pengetahuan
yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya merupakan strategi
utama pembelajaan berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya berguna untuk : 1)
menggali informasi, 2) menggali pemahaman siswa, 3) membangkitkan respon kepada
siswa, 4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal
yang sudah diketahui siswa, 6) memfokuskan perhatian pada sesuatu yang
dikehendaki guru, 7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa,
untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.Contohnya dalam fisika, misalnya guru
menuliskan rumus hukum ohm lalu guru menyuruh siswa menyebutkan bunyi dari
hukum ohm.
4 Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep
masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil
kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperolah dari ‘sharing’ antar teman,
antar kelompok, dan antar yang tau ke yang belum tau. Masyarakat belajar tejadi
apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam
komunikasi pembelajaran saling belajar.Contoh dalam fisika yaitu melakukan diskusi kelompok.
5 Pemodelan
(Modeling)
Pemodelan
pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasi bagaimana guru
menginginkan siswanya untuk belajar dan malakukan apa yang guru inginkan agar
siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya
model. Model dapat dirancang dengan ,elibatkan siswa dan juga mendatangkan dari
luar.Contoh dalam
fisika, guru mendemonstrasikan cara penggunaan neraca ohauss 311gram, lalu
siswa mengikuti apa yang didemonstrasikan oleh gurunya.
6 Refleksi
(Reflection)
Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa
yang baru dipelajari aau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan
dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak
agar siswa melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang
diperoleh hari itu.
7 Penilaian
yang sebenarnya ( Authentic Assessment)
Penialaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberi gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran
berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar
bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian
adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian
dilakukan terhadap proses maupun hasil.Contohnya dalam fisika, yaitu guru memberikan evaluasi
tentang materi yang telah dipelajari oleh siswanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar