Dunia yang kita tempati sekarang ini hanya berada pada perputaran jarum jam, dari detik kedetik, menit kemenit, jam kejam, dan seterusnya sampai jarum jam itu berhenti, katika jarum jam ituberhenti berarti berakhir pula kehidupan manusia di bumi. Pekerjaan yang kita lakukan setiapa harinya semua hanya berada pada perputaran waktu, yang semua itu akan berakhir. Baik di akhiri oleh usia, atau di akhiri oleh lingkungan dimana kita bekerja. Waktu yang terus berjalan inilah yang harus di perjuangkan oleh manusia, ketika kita santai di tengah perpuran waktu, maka waktu akan berlalu dengan sia-sia, apabila waktu di pergunakan dengan baik, maka waktu yang kita lewati akan bermakna dan tentu kita termasuk orang yang beruntung karena mampu mempegunakan waktu dengan baik. Waktu yang telah kita lewati, hanya akan menjadi sejarah dalam perjalanan hidup, baik sejarah pahit ataupun manis. Baik tidaknya waktu yang kita lewati, itu semua ada pada pribadi yang melewati waktu tersebut. Waktu itu bisu, waktu itu tuli, waktu itu buta, waktu tidak pernah memperhatikan apa yang kau ucapkan, waktu tidak pernah peduli apa yang kau dengar, waktu tidak pernah peduli apa yang kau lihat, tapi manusialah yang harus memperhatikan segala ucap dan perbutannya. Pastikan bahwa pada hari ini kita telah melewai waktu dengan baik. Jika tidak, sudah pasti kita berada pada kesalahan dan dosa. Lantas bagaiaman manusia mempergunakan waktunya ? kebanyakan manusia lebih banyak mengahbiskan waktunya pada hal-hal yang kurang bermanfaat atau lebih besar pada aktifitas dunianya dari pada akhiratnya. Seakan dunia adalah keabadian dan akhirat adalah mitos. Tidakkah kita perhatikan bagaiman kesubakan manusia setiap harinya ? berapa banyak waktunya untuk tuhan dan berapa waktunya untuk dunia ? manusia begitu sibuk dengan pekerjaannya, sampai-sampai lupa akan kewajibannya. Kalau haji belum bisa, paling tidak lima waktunya di jaga. Jangan tunggu di sholati, tapi kalian yang tunggu waktu sholat. Waktu sholat itu hanya lima waktu lho, masa nda bisa. Cinta dunialah yang menjadi penyakit manusia, sehingga dari satu waktu sholat kewaktu sholat yang lain hanya sibuk dengan pekerjaannya saja. Mulai tidur sampai tidur kembali yang di pikirkan hanya waktu untuk kerja dan kerja. Waktu sholat entah kapan.
Ketika azan subuh di kumandangkan di mesjid-mesjid, itu pertanda bahwa sebentar lagi aktifitas dunia akan di mulai. Terkadang azan subuh hanya berlalu begitu saja, tanpa bergerak menuju mesjid. Sekalipun pahala sholat sunah sebelum subuh sama dengan dunia dengan segala isinya, namun hadis itu tak mampu menggrakan hati orang-orang islam. Lebih baik tidur dari pada sholat, begitulah kaca mata dunia. Padahal orang islam tentu tahu bahwa sholat itu merupakan kebutuhan manusia, bukan kebutuhan tuhan. Manusia mau sholat atau tidak tentu tidak ada pengaruhnya sama sekali dengan kekuasaan Allah. Allah akan tetap menjadi maha kuasa sekalipun hambanya tak kuasa untuk bangun sholat subuh. Sholat yang sedikt jumalah rakaatnya adalah sholat subuh, karena hanya dua rakaat, tapi justru sholat subu pula yang paling sedikit peminatnya. Yah mungkin karena enak tidur atau memang tidak punya waktu luang untuk sholat. Kalau bicara tentang waktu luang sebenarnya kita memuliki waktu yang sama, yaitu dua puluh empat jam, hanya saja terkadang kita tidak meluangkan waktu untuk beribadah, alasan pekerjaan kantor, alasan ini dan itu. Yah, maklum orang sibuk.
Dua-tiga jam setelah sholat subuh(bagi yang melaksanakan), tentu setiap orang akan sibuk untuk berangkat ketempat kerjanya masing-masing. Ada yang kesekolah, kantor, sawah, kelaut, pabrik dan tempat pekerjaan lain. Semua serba sibuk. di kantor tentu memiliki banyak aktifitas, tentu sesuai dengan bidangnya masing-masing, guru sibuk ngajar muridnya, wakil rakyat sibuk urus rakyatnya, itupun kalau masuk kantor, sekretaris sibuk dengan suratnya, bendahara sibuk dengan nota uangnya, dan kesibukan-kesibukan lain di tempat kerja. Selang beberap jam, masuk lagi sholat zuhur, biasanya ketika azan zuhur di kumandangkan, para pekerja(maaf, tentu sebagian) tak peduli dengan panggilan azan, azan tetap lewa, mereka juga tetap dengan kesibukannya. Bahkan sering kita temukan perkataan bahwa shoalat lagi sholat lagi, orang sulawesi selatan(makassar) bilang sholatmi seng, yah begitulah bahasa-bahasa yang biasa terdengar. Waktu zuhur salah satu waktu istirah, tapi kebanyakan hanya di gunakan untuk Hal-hal yang kurang bermanfaat saja. Usai shoalat zuhur, tentu mereka yang kerja akan kembali masuk kantor, bekerja dan bekerja menyelesaikan segala pekerjaan yang belum selesai. pekerja kantor teman sejatinya adalah leptop/komputer. Guru sibuk dengan siswanya, insinyur sibuk dengan proyeknya, mahasiswa sibuk dengan tugas-tugasnya, semua mengambil peran yang mereka pikul. Waktu dari sholat zuhur memang agak jau, hal ini tentu akan di pergunakan dengan baik. Tapi baik yang giman dulu ? baik dalam arti untuk dunia atau untuk akhiratnya(melaksanakan sholat) ? terkadang waktu sholat hanya di pergunakan untuk makan siang, yah kebutuhan perut sangat di utamakan dari pada kebutuhan batinnya. Bukankah hati juga perlu gizi ? gizinya sederhana, dekatkan diri kepada Allah. Pekerjaan tidak selamanya membahagian, tapi dekat kepada Allah selamanya akan membahagiakan, baik di dunia maupun di akhirat. Dua-duanya akan kita dapatkan ketika ada waktu untuk Allah, tapi ketika 24 jam hanya untuk dunia, maka dunia akan di dapat(insya allah), tapi tentu tidak akan pernah memuaskan keinginan. Apa lagi di sertai dengan kerakusan, maka dunia akan betul-betul jadi Dewa yang menyesatkan. Bukan Dewa penyelamat.
Ketika azan zuhur telah usai, berarti sebentar lagi akan masuk sholat asar. Yah sholat lagi. Untung sholat yang di bebankan hanya lima waktu, andaikan tidak di kurangi sebagaimana kisah awalnya, yaitu lima puluh rakaat, tentu banyak yang kapok. Lima waktu saja uda memusingkan(yang tidak beriman), apalagi lima puluh. Padahal sholat hanya beberapa menit, sedangkan ketika berada di depan leptop main facebook, depan TV nonton bola, tentu kita bisa duduk sampai berjam-jam. Kenapa kalau duduk menghadap Allah terasa begitu berat ? padahal gratis lhoo. Idealnya waktu anatara zuhur dengan asar harus kita manfaatkan untuk kebaikan, kebaikan apa saja. Asalkan tidak bertentangan dengan syariat. Waktu antara zuhur dengan asar hanya sekitar tiga jam. di sela-sela zuhur dengan asar, adakah amalan mulia yang kita lakukan ? sholatkah kita ketika masuk waktu asar ? atau kita hanya sekedar mendengarkannya begitu saja. Rugi berlipat-lipatlah manusia yang jauh dari mesjid. Akan lebih para lagi ketika rumah atau kontrakan berada di dekat mesjid, tapi kita hanya diam membisu. Bahkan tidak sedit orang yang ketika azan asar di kuamdangkan, mereka lebih senang pergi kepantai menikmati terbenamnya matahari. Mereka tidak mengambil pesan yang di sampakan oleh terbenamnya matahari, matahari yang begitu besar suatu saat akan hancur. Apalagi mansia yang begitu kecil dan lemah. Apa yang kita banggakan dari diri yang lemah ini. Bukankah satu-satu yang haru kita lakukan adalah memperbanyak amal saleh. Tapi kenapa justru lebih senang keluar(tempat wisata) di bandingkan mengambil air wudhu untuk sholat asar berjamaah di mesjid. Asar hanya empat rakaat, waktu yang dia ambil hanya sekitar lima samapi sepuluh menit. Singkat tapi bermakna.
Tampa terasa, ketika asar selesai di laksananakan, masuk lagi sholat magrib. Sholat lagi sholat lagi. Dimana umat islam pada saat magrib ? kok banyak rumah di samping mesjid tapi hanya beberapa orang yang sempat kemesjid. Sibuk kali. Kalau bukan sibuk kemungkinan capek, yah hanya sekitar itu alsannya. Sebuah alasan yang tidak akan pernah berakhir. Ketika azan magirb di kumandangkan, umat islam dengan santai menikmati suara azan, tapi kebanyakan mereka lebuh sibuk menonton berita, otak atik komputer, ngumpul sama keluarga, sibuk urus dapur untuk makan malam, sibuk cari baju baru untuk di pakai ke pesta, sibuk dengan rekan kerjanya, mahasiswa di kampus sibuk diskusi tentang urusan kebangsaan, sibuk diskusi tentang perubahan Indonesia, tapi mereka jarang urus perubahan dirinya agar lebih taat pada Allah, seakan mereka tidak memiliki sangkut paut dengan tuhannya. Berjam-jamwaktu yang di lewati, semua di lalui untuk kepentingan dunia.
Di malam hari sebenarnya merupakan waktu untuk istirahat bersama keluarga. Setelah 6-7 jam kerja, maka malamlah waktunya istirahat. Tapi masi ada lagi sholat lho. Isya. Seperti waktu-waktu sholat yang lain, mesjidpun sepi dari orang islam. Dimana mereka semua ? mereka ada Mall, Alfa Mart, pantai, diskotik, dan tempat-tempat lain. Berjalan mengelilingi Mall berjam-jam jauh lebih mudah dari pada melangkah ke mesjid. Menghabiskan uang di Mall untuk hal-hal yang kurang penting jauh lebih enak di banding bersedekah, padahal sedekah adalah investasi akhiratnya. Kebanyakan manusia lebih memilih mengorbankan kenikmatan yang abadi demi kenikmatan sesaat.
Bukankah waktu yang kita habiskan di tempat-tempat perbelanjaan, kantor, dan tempat wisata yang telah kita lalui tidak akan pernah kembali ? hari kemarin hanya akan menjadi kenangan, hari ini adalah waktu yang sesungghnya, adapun hari esok masi misteri. Semua masi penuh dengan tanda tanya. Ketika waktu yang kita lewati sebatas kerja, makan, tidur, jalan-jalan, samapai tidur kembali, maka itulah siklus anti tuhan. Tidak ada sedikitpun waktu untuk tuhannya, padahal kehidupan dunia hanyalah waktu untuk menanam bekal menuju kehidupan akhirat, kehidupan yang sesungguhnya. Padahal di dalam surah yang pendek Allah ingatkan pada kita bahwa manusia berada pada kerugian, kecuali orang yang beriman. Orang beriman tentu mempergunakan waktunya dengan baik, sibuk untuk dunianya, lebih-lebih sibuk dengan tuhannya. Sebaliknya, orang merugi adalah orang yang sibuk dengan dunianya tapi lupa akan tuhannya. Sibuk untuk dunia itu adalah hal yang wajar, tapi jangan bilang bahwa aku tidak punya waktu untuk tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar